Pages

Minggu, 03 Juli 2011

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah salah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI.


Namun sebelum terlalu jauh membahas apa itu STBM lebih dulu kudu tau apa itu sanitasi.
CEKIDOT. . .



Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. 

Mandi merupakan salah satu bentuk sanitasi yang membuat tubuh tetap sehat, wangi dan segar sepanjang hari.


Kembali ke bahasan awal tentang STBM atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dari pengertian sanitasi sebelummnya dapat sedikit kita mengerti bahwa STBM ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membuat pembudayaan hidup bersih secara meyeluruh dalam masyarakat untuk menurunkan kejadian penyakit diare beserta penyakit lainnya yang berbasis sanitasi dan kebersihan.
Ada indikator output STBM yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu:
  1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
  2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
  3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
  4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
  5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Dibeberapa masyarakat program ini dikenal dengan jambanisasi karena dibangunnya jamban saniter pada daerah-daerah yang sebagian besar penduduknya belum memiliki jamban dan masih suka buang air di sungai. Akan tetapi program ini mendapatkan masalah diakhir, karena penduduknya tidak bersedia untuk memanfaatkan jamban dan masih tetap lebih menyukai sungai sebagai tempat mereka buang hajat. Permasalahan ini menunjukkan bahwa pemerintah kurang melakukan kajian dalam aspek sosioantropologi dari masyarakat sasaran karena terlalu terfokus pada segi aspek kesehatannya semata. Untuk tahapan selanjutnya akan lebih baik jika ditambahkan proses sosialisasi kepada para penduduk yang "membandel" tak mau buang air di jamban itu, dengan merangkul serta pihak-pihak yang berpengaruh di desa-desa tersebut. 
(linna n)

0 komentar:

Posting Komentar